Obral Perawan 9 ABG Kampung Bugis

Diposting oleh Def - Blog Jumat

Sembilan remaja baru beranjak gede berkumpul di satu ruang di Polsekta Tanjungpinang Kota, kemarin. Mereka yang rata-rata masih duduk di bangku kelas III SMP itu merupakan korban traficking, dijual untuk dijadikan pelampiasan birahi.

Kamis (21/5) tinggal dua jam lagi akan berganti. Kapolsekta Tanjungpinang Kota, AKP Darmawan belum lagi terlelap. Sekitar pukul 22.00 WIB itu, ia mendapat pesan singkat lewat hapenya. SMS itu cukup mengejutkan.

"Pelajar SMP di Kampung Bugis telah dijual perawannya oleh seseorang. Cari aja namanya Nota," Demikian bunyi sms tersebut.

"Harus bertindak cepat," kata Darmawan.

Malam itu juga, dia bersama beberapa anggotanya kemudian menyewa pompong pergi ke Kampung Bugis, yang posisinya persis berseberangan dengan pasar. Sebuah kampung lama di Tanjungpinang yang letakknya tak jauh dari Senggarang.

Penyelidikan difokuskan kepada siapa Nota. Langkah kanan. Malam itu juga, polisi berhasil menemukan siapa nama yang dimaksud. Nota adalah seorang wanita. Wanita yang nama lengkapnya Okta Merlina ini berusia 21. Dia tinggal di Kampung Bugis.

Dari dialah polisi lantas mengorek keterangan. Polisi, seperti disampaikan AKP Darmawan mengatakan bahwa ada laporan yang mesuk ke pihaknya yang menyatakan bahwa Nota telah menjual beberapa anak gadis di bawah umur kepada seseorang.

Tadinya, Nota berkilah. Setelah melalaui pendekatan, Nota "bernyanyi" juga.
"Saya tak ada menjual. Mereka yang mau sendiri," kata Nota saat itu.

Penyidikan mulai menemui titik terang. Dari mulut Nota polisi kemudian terus mengorek, siapa-siapa mereka yang telah masuk perangkap. Tak butuh waktu panjang. Nota kemudian menyebut sederetan nama.

Mereka Li (18), La (17), Fi (16), He (17), Em (14), Na (16), Su (14), Ra (14), dan Ne (16). Kesemua namanya itu merupakan anak-anak yang tinggal di Kampung Bugis. Malam itu juga, polisi mengumpulkan nama-nama itu satu per satu. Mereka dijemput di tempat tinggalnya masing-masing. Orang tua mereka saat itu terkejut.

Am (50) misalnya. Bapak satu ini terkejut kenapa sampai anaknya harus dibawa ke kantor polisi. Seingatnya, Li sang anak semata wayangnya itu tidak pernah berbuat macam-macam. Li disebutnya merupakan anak yang taat kepada orang tua. Selalu berada di rumah ketika malam, dan anak yang memiliki kepribadian yang santun. Am beranggapan anaknya selama ini diasuh dengan baik.

Setelah dijelaskan polisi apa yang terjadi sesungguhnya, Am makin terkejut. Terlebih istrinya Sm (37).
"Kami berdua termangu mendapat informasi itu. Katanya anak kami dijual ke laki-laki. Kami tak terima. Anak kami macam tak ada nilai, tak ada harga," kata Am, syok.

Demi kepentingan penyidikan, Am pun merelakan anaknya dibawa ke kantor polisi.
Nota, Li, dan ke delapan gadis lainnya malam itu kemudian dikumpulkan satu persatu. Hingga menjelang pagi hari, mereka dimintai keterangannya satu per satu. Hasilnya, empat dari sembilan ABG itu sudah ditiduri oleh seorang pria yang kini menjadi buron polisi. Keempatnya Li, Su, Em, dan Ra.

Keterangan yang didapat juga sungguh mengejutkan. Ternyata, dari empat korban yang masih tercatat sebagai pelajar kelas III SMP itu, satu yang mengaku masih perawan. Sedang yang tiga mengaku keperawanan mereka sudah melayang di tangan pacar.

Dari pengakuan keempat korban, rata-rata uang yang mereka dapat dari melayani pelaku berkisar antara Rp1 juta hingga Rp3 juta. Em yang masih perawan yang diberi imbalan tertinggi Rp3 juta.

Menurut EM, sudah tiga kali dia bertemu pria yang dikenalnya bernama Hendi itu. Pertemuan mereka berlangsung di salah satu kamar Hotel Shangrila, terletak di Gudang Minyak, Km2 Tanjungpinang. Pertemuan pertama dan kedua, Em mengaku hanya menemani mengobrol.

"Tak lama, paling cuma setengah jam," tuturnya.

Dari dua kali percakapan itu, Em diberi imbalan masing-masing Rp1 juta. Pada pertemuan, Em tak dapat menolak ketika pria yang disebutnya berusia tak lebih 30 tahun itu meminta untuk melayaninya tidur.

Modus Lama



Atas perkara ini, polisi langsung menetapkan Nota sebagai tersangka. Selain dia, polisi juga menetapkan dua tersangka lain yang kini masih jadi buron. Kedua tersangka itu masing-masing Iwan dan Hendi.

Tersangka Trafficking

"Kami masih menyelidiki siapa sebenarnya Iwan dan Hendi itu," kata Wakil Kepala Polresta Tanjungpinang, Kompol Herry Heryawan, didampingi Kapolsekta Tanjungpinang Kota, AKP Darmawan.

Dalam melakukan aksinya, Nota berperan yang mengantar langsung korban yang rata-rata sudah sangat ia kenal menemui Hendi yang biasanya sudah menunggu ke hotel.

Biasanya ia yang menerima langsung permintaan Hendi, atau menerima telepon dari seorang pria bernama Iwan. Supaya ABG yang dia ajak bersedia dibawa menemui Hendi, dia mengiming-imingkan keuntungan yang akan diperoleh.

ABG yang kemudian menjadi korban itu dikatakannya tidak akan diperlakukan macam-macam. Hanya menemani ngobrol, dan kemudian mendapatkan uang yang tidak sedikit.

Selama ini, para ABG itu dibawa ke hotel pada siang hari. Antara pukul 13.00 sampai 15.00 WIB. Mereka dibawa tidak sekaligus, melainkan satu per satu, dan dalam waktu yang berlainan.

Sesampainya di kamar hotel, Nota kemudian langsung keluar setelah menerima Komisi dari Hendi. Rata-rata komisi yang ia terima sebesar Rp1 juta.

Tak hanya dari Hendi. Nota juga mengeruk keuntungan dari para korban. Biasanya, dia minta separuh dari yang diberikan Hendi kepada korban.

Perbuatan ini diketahui sudah berlangsung sejak Oktober 2008 lalu. Kapolsekta Tanjungpinang Kota, AKP Darmawan menjelaskan, terakhir tindak pidana berlangsung sekitar tiga minggu lalu.

Hal serupa bukan kali pertama diungkap oleh petugas Polsekta Tanjungpinang Kota. Pertengahan Desember 2007 lalu, polisi juga mengungkap pelacuran dengan modus sama. Kala itu, tiga ABG di Kampung Bugis yang juga masih duduk di bangku SMP, dijual oleh Windi, ABG berusia 15 tahun yang kemudian bertindak sebagai mucikari. Perawan para korban ketika itu dihargai Rp1 juta. Atas perkara tersebut, Windi tengaha menjalni hukumannya di lembaga pemasyarakatan. Dia divonis kurungan 16 tahun penjara oleh Pengadilan Negeri Tanjungpinang.

Dari informasi yang di dapat, antara Windi dan Nota merupakan satu jaringan. Sekilas, saat dimintai keterangan oleh petugas kemarin, Nota menyebut mengenal Hendi dari Windi.

Siapa Windi, petugas saat ini masih melakukan pengejaran. Hingga sore kemarin, Nota nampaknya masih menyembunyikan identitas pria hidung belang yang menjadikan para ABG sebagai pelampiasan nafsu bejatnya itu.




Blogumulus by Roy Tanck and Amanda FazaniInstalled by CahayaBiru.com

Label Category

Followers

About Me